Optimisme yang Realistis



Optimisme adalah bagian dari aspek kognitif dan emosional yang mencakup harapan kuat dan keyakinan terhadap masa depan. Seseorang yang optimis memiliki pandangan positif tentang hari esok serta kemampuan mengelola pemikiran negatif dan menghadapi tantangan. Namun, ada perbedaan penting antara optimisme yang realistis dan konsep yang sering salah dipahami, seperti toxic positivity.


Aspek dan Ciri Optimisme

Optimisme realistis melibatkan beberapa aspek, yaitu:

  1. Kontrol atas Emosi Negatif: Seseorang yang optimis mampu mengenali dan mengendalikan emosi negatif, tidak mengabaikannya, tetapi juga tidak terlarut dalamnya.

  2. Keyakinan Diri: Individu optimis percaya pada kemampuannya untuk memecahkan masalah dan menghadapi tantangan.

  3. Penerimaan Perubahan: Optimisme melibatkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan dan situasi tak terduga.

Selain itu, ciri-ciri optimisme mencakup pandangan bahwa masalah bersifat sementara, harapan positif terhadap masa depan, kemampuan untuk berpikir realistis, dan tindakan konkret dalam mencapai tujuan.


Faktor yang Mempengaruhi Optimisme

Optimisme seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:

  • Dukungan Sosial: Hubungan sosial yang positif membantu seseorang merasa didukung dan memperkuat pandangan optimis.

  • Efikasi Diri: Keyakinan individu pada kemampuannya dalam mencapai tujuan memperkuat optimisme.

  • Harga Diri: Penerimaan diri yang sehat berkontribusi pada optimisme.

  • Pengalaman dan Pembelajaran: Akumulasi pengalaman hidup dan pelajaran yang diperoleh membentuk perspektif optimis.


Perbedaan antara Toxic Positivity dan Optimisme

Berbeda dengan optimisme realistis, toxic positivity menekankan pada penolakan emosi negatif dan berusaha menyelesaikan semua masalah hanya dengan berpikir positif. Pendekatan ini tidak mempertimbangkan realita atau kesulitan yang mungkin dihadapi, yang justru dapat mengabaikan proses penting dalam menghadapi masalah.

Sebaliknya, optimisme realistis melibatkan kesadaran diri, penerimaan akan adanya tantangan, dan persiapan matang untuk menghadapi kenyataan. Berikut adalah karakteristik toxic positivity dan optimisme realistis:

  • Toxic Positivity: Menolak emosi negatif dan menganggap semua masalah dapat diselesaikan dengan berpikir positif saja.

  • Optimisme Realistis: Mengakui keberadaan emosi negatif, menyusun rencana yang sesuai dengan realita, serta memiliki kesadaran diri.


Cara Menumbuhkan Optimisme yang Realistis

Mengembangkan optimisme realistis bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

  1. Introspeksi Diri: Menyadari kekuatan dan kelemahan dalam diri.

  2. Menghargai Proses: Memahami bahwa tidak ada cara instan dalam mencapai tujuan.

  3. Mempersiapkan Diri: Mengembangkan keterampilan dan upaya untuk mencapai harapan.

  4. Menghitung Tantangan dan Konsekuensi: Menyadari dan memperhitungkan kemungkinan kendala.

  5. Menyusun Harapan yang Realistis: Menetapkan harapan dan tujuan yang sesuai dengan realita.


Optimisme yang realistis memberikan keseimbangan antara harapan positif dan penerimaan terhadap kenyataan hidup. Dengan optimisme realistis, seseorang dapat menghadapi tantangan dengan mental yang kuat dan kesiapan untuk menerima hasil apa pun.


Referensi: Dimas Setiawan Santoso, M.Psi, Psikolog, "Optimisme yang Realistis"





Comments