Menghadapi “Inner Shadow”

Menghadapi “Inner Shadow”

Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi


Kita selalu memiliki “sisi terang” yang kita banggakan dan kita sukai dan kita tunjukkan pada publik, sementara ada juga “sisi gelap” kita yang kita tidak sukai dan kita tidak ingin ia ada sehingga kita secara sadar ataupun tidak sadar “mengabaikan” si “sisi gelap” ini sampai dia terlupakan. Dikarenakan rasa malu, sedih, kecewa, marah, dan emosi-emosi negatif ataupun pikiran-pikiran negatif lain yang muncul tiap kali kita mengingat si “sisi gelap” ini, kita jadi tidak mau memiliki “urusan” dengan si “sisi gelap” ini. Jadilah ia “diabaikan” secara terus-menerus, padahal dia selalu ada, dan berisiko akan “mengamuk secara membombardir” apabila dia terus-menerus diabaikan oleh kita.


Sebagai contoh, kita pernah dibilang “cerewet” oleh orang lain. Kita tidak suka sisi cerewet itu, makanya kita jadi orang yang tidak banyak bicara dan menunjukkan persona di publik sebagai orang yang lebih banyak diam dan senang mendengarkan. Namun, pada suatu hari, ada orang lain bilang kita “banyak bicara”. Apa perasaanmu? Apakah jadi malu? Kecewa? Sedih? Marah? Mengata-ngatai diri sendiri? Marah dan membentak orang yang mengatakan hal itu? Apapun yang kamu rasakan dan kamu lakukan, pastinya itu sangat intens dan memakan banyak tenaga. Mengapa? Padahal bisa saja kamu sedikit lebih tenang dan tidak “mengamuk”. Itu karena kamu menghindari “inner shadow” kamu, “sisi gelap” kamu. Jadi, sekali “disenggol”, dia akan “marah” hingga “mengamuk”.


Contoh lain. Kamu merasa semua orang di sekelilingmu pemalas. Tetapi cobalah evaluasi dan refleksikan dirimu sendiri. Benarkah semua orang di sekelilingmu pemalas, atau jangan-jangan malah kamu sendirilah yang “pemalas” menurut sudut pandangmu? “Sisi gelap” kamu dapat “mengelabui” kamu berpikir semua orang adalah sisi yang kamu benci, padahal jangan-jangan itu adalah sisi dirimu yang kamu benci.


Perlu dicatat baik-baik bahwa “inner shadow”, “sisi gelap” kita ini bukanlah sebuah kesalahan. Malah, ini adalah diri kita sendiri, dan semua orang memiliki “sisi gelap” mereka masing-masing. Jadi, bisa dibilang “inner shadow”, “sisi gelap” kita adalah salah satu aspek yang menjadikan diri kita ini manusia. Tanpa ada “inner shadow”, tanpa ada “sisi gelap” kita, kita tidak lengkap. Jadi, perlu bagi kita untuk mendekati, mengeksplorasi “inner shadow”, “sisi gelap” kita ini.


Caranya bagaimana? Caranya disebut dengan “shadow work”, yang mana “shadow work” adalah sesederhana self-awareness, self-acceptance, dan cinta kasih pada diri sendiri. Tatkala kamu dapat menerima “inner shadow”-mu, kamu dapat mulai melihat bagaimana pikiran dan perasaanmu mempengaruhi perilakumu. Kamu akan jauh lebih sadar pada dirimu sendiri. Jika kamu sudah sadar pada dirimu sendiri, kamu akan lebih mudah untuk mengontrol diri, bahkan bersiap untuk hidup secara lebih baik. Kamu akan lebih percaya diri, kamu akan lebih kreatif, kamu akan lebih mudah membangun hubungan yang baik dengan orang lain, kamu akan mulai lebih mudah menerima diri kamu sendiri sebagaimana adanya, kamu akan mulai lebih mudah menyadari sisi-sisi yang selama ini tidak pernah kamu sadari, dan kamu akan lebih menjadi sosok yang pengertian dan toleran pada orang lain.


Bagaimana cara melakukan “shadow work”? Untuk melakukan “shadow work”, pertama-tama, carilah waktu dan ruang yang tenang untuk merenung. Kenali emosi, pikiran, dan perilaku negatif yang sering muncul dalam dirimu. Tanyakan pada dirimu sendiri mengapa hal-hal tersebut muncul dan kira-kira apa yang menjadi akar masalah dari emosi, pikiran, dan perasaan itu. Sadarilah emosi, pikiran, dan perilaku yang muncul saat kamu merenung tentang “sisi gelap”-mu secara utuh. Terimalah mereka tanpa hukuman atau penilaian negatif. Mereka berhak untuk diterima apa adanya dan didekati dengan penuh cinta kasih. “Kamu telah melakukannya dengan baik” “aku bangga padamu” “kamu sudah baik-baik saja” “terima kasih sudah ada” “kamu tidak sendirian, ada aku”. Jangan takut untuk mengeksplorasi luka emosional atau kelemahan yang ada. Ini adalah kesempatan untuk memahami dirimu secara lebih baik dan tumbuh sebagai pribadi yang autentik.


Tanyakanlah pada dirimu sendiri apa yang ingin kamu pelajari atau ubah dari “sisi gelap”-mu ini. Apakah ada kebiasaan atau kepercayaan yang perlu ditinjau ulang? Jangan lupa untuk mencari bantuan jika diperlukan, seperti psikolog atau dukungan orang-orang terdekat.


Dan ingatlah, proses ini tidak instan, manalagi mudah. Ini akan sangat sulit, dan tidak meninggalkan kemungkinan sangat menyakitkan. Tidak perlu terburu-buru. Bersikaplah sabar dengan dirimu sendiri sepanjang perjalanan “shadow work” ini. Ingatlah bahwasanya proses “shadow work” membutuhkan kesabaran dan komitmen untuk menuju perubahan positif dalam dirimu. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, oke? Terimalah bahwasanya kita semua memiliki kelemahan dan kesalahan.


SUMBER REFERENSI

Jacobson, Dr. S. (2023, March 14). Your ‘Shadow Self’ – What It Is, and How It Can Help You. Harley Therapy Mental Health Blog. Retrieved from https://www.harleytherapy.co.uk/counselling/shadow-self.htm

Perry, E. (2022, June 13). The Benefits of Shadow Work and How to Use it in Your Journey. Better Up. Retrieved from https://www.betterup.com/blog/shadow-work

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?