Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi


Evaluasi dan refleksi diri adalah salah satu proses penting dalam pengembangan diri seseorang dan pertumbuhan kesehatan dan kesejahteraan mental seseorang. Kapan dan mengapa kita perlu melakukan evaluasi dan refleksi diri? Kapannya adalah setiap saat kita selesai menjalani hari, setiap kita selesai melakukan sesuatu, dan mengapanya adalah agar kita dapat senantiasa memetik pembelajaran baru setiap saat dan mempelajari serta menghayati pengalaman setiap saat.


Ini adalah tips dari Minlove untuk melakukan evaluasi dan refleksi diri:

1. Menulis jurnal. Menulis jurnal adalah cara yang efektif untuk merefleksikan pikiran, perasaan, dan pengalaman sehari-hari. Tulislah tentang apa yang terjadi, bagaimana itu mempengaruhi kita, dan apa hikmah yang dapat dipetik dan dipelajari dari pengalaman itu.

2. Menanyakan diri sendiri pertanyaan-pertanyaan reflektif. Tanyakanlah pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti “apa yang sudah dicapai?” atau “apa yang dapat dilakukan supaya bisa jadi lebih baik?”. Mempertanyakan hal-hal kritis akan membantu mengidentifikasi kekuatan dan peluang untuk pertumbuhan diri.

3. Mendengarkan umpan balik. Mintalah teman, keluarga, pasangan, atau orang terdekat memberikan umpan balik tentang perilaku atau tindakan kita. Dengarkan secara terbuka, kita sedang ingin melihat diri kita dari sudut pandang orang lain. Gunakan umpan balik tersebut untuk meningkatkan yang sekiranya perlu ditingkatkan dan mempertahankan yang sudah baik.

4. Evaluasi tujuan-tujuan kita. Tinjau kembali gol-gol pribadi kita secara berkala. Apakah gol ini realistis untuk dapat dicapai? Apakah gol ini dapat dicapai oleh kita? Jika tidak, apakah ada langkah-langkah yang dapat kita ambil untuk mencapainya, seperti menyusun gol yang jauh lebih realistis atau memecah gol tersebut menjadi beberapa tahapan subgol?

5. Melatih mindfulness. Mengaplikasikan mindfulness, “ada di sini dan sekarang”, dapat melatih kesadaran diri dengan mengamati pikiran, perasaan, dan reaksi kita tanpa ada penilaian apa pun. Mindfulness dapat membantu kita memahami diri kita dengan lebih baik.


Selain cara-cara di atas, melakukan konseling dengan seorang profesional juga dapat membantu kita menjelajahi diri kita sendiri, mengidentifikasi pola pikir atau perilaku yang tidak sehat, serta mempelajari strategi baru untuk self-development. Evaluasi dan refleksi diri membutuhkan kesabaran dan konsistensi yang tinggi. Dengan melakukan ini secara teratur, niscaya kita dapat meningkatkan pemahaman tentang diri kita, mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki, dan mencapai pertumbuhan diri yang lebih baik. 🙂❤️ Tetap semangat dan tenang dalam menjalani hidup, Soulmate LYS! 🙂❤️

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Image
Penulis : Ghea Rae Sabrina  Seringkali komunikasi menjadi masalah dalam suatu hubungan pria dan wanita. Saat wanita sering merasa tidak dimengerti oleh pria, di sisi lain pria menganggap wanita itu rumit dan sulit ditebak.d an juga pada saat pria merasa sering tidak dihargai oleh wanita, sementara  wanita merasa ego pria telalu tinggi sehingga mudah marah dan tersinggung.  Masalah komunikasi diantara pria dan wanita ini penyebabnya adalah berasumsi kalau pria dan wanita memiliki kebutuhan emosional yang sama. Akibatnya perlakuan yang bermodalkan kasih sayang ini disalahpahami oleh pasangan.  Tenryata pria dan wanita memiliki kebutuhan 6 emosional yang berbeda. Kebutuhan emosional ini saling berpasangan dan saling memengaruhi. seperti halnya siklus, begitu juga dengan kebutuhan emosional dari dasar pria terpenuhi, ia akan terdorong untuk memenuhi kebutuhan dasar pasangannya. Begitu juga saat kebutuhan dasar wanita terpenuhi, secara alamiah wanita akan memenuhi kebutha...
Read more

Apa Itu Conformity?

Image
Apa Itu Conformity? Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi “Hmmm …, memang, sih, buku A tidak bagus!” Padahal kamu berpikir bahwa buku A bagus, tetapi gara-gara teman-temanmu berpikir buku A tidak bagus, kamu merasa kamu perlu untuk mengikuti pendapat mereka. “Hmmm …, kalian benar juga, sih, B tidak cocok untuk diajak berteman!” Padahal kamu berpikir bahwa B pantas untuk diajak berteman, tetapi kamu memilih untuk bilang seperti itu karena teman-temanmu tidak menyukai B. Pernahkah kalian mengalami hal-hal di atas, Soulmate LYS? Nah, itulah yang dinamakan dalam dunia psikologi sebagai conformity, atau dalam bahasa Indonesia konformitas, yaitu tendensi manusia untuk mengikuti tindakan, tingkah laku, pemilihan sikap, opini, pikiran, dan perasaan orang lain di sekitar mereka. 🙂 Konformitas biasa disebabkan oleh social pressure, seperti takut akan dihakimi oleh orang lain apabila kita memiliki opini atau sudut pandang yang berbeda dengan orang lain. Walhasil, kita memutuskan untuk iya-iya saj...
Read more