MENGAJARKAN ANAK SELF KNOWLEDGE SEJAK KECIL
Penulis: Rania Hendradwiputri
Dalam artikel sebelumnya kita telah membahas tentang self-knowledge, atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai mengenali diri sendiri. Self-knowledge adalah proses dalam diri individu ketika individu menyadari, mengetahui, dan memahami informasi utuh dan otentik tentang diri mereka sendiri, baik berupa informasi positif maupun negatif (Wilson, 2021; Nikolova, 2019). Konsep self-knowledge ini dapat dipelajari sejak kecil, sesederhana kita pada masih masa anak-anak memilih warna apa yang lebih kita sukai dan tidak kita sukai, makanan apa yang lebih kita sukai dan tidak kita sukai, style pakaian apa yang lebih kita sukai dan tidak kita sukai, tokoh kartun apa yang lebih kita sukai dan tidak kita sukai, dan lain sebagainya (Vivvi, 2021).
Akan tetapi, kadangkala, masih banyak orang tua yang cenderung memaksakan kehendak mereka pada anak sehingga mereka membatasi pilihan dan mencegah anak untuk melakukan eksplorasi lebih jauh untuk mereka mengenali diri mereka sendiri secara lebih dalam, sebagai contoh orang tua yang melarang anak untuk menonton kartun karena mereka menganggap kartun tidak mendidik, atau orang tua yang memaksakan anak untuk menyukai Matematika karena mereka menganggap jika anak pandai Matematika maka masa depan anak akan lebih terjamin. Padahal, masa kecil adalah masa-masa emas bagi seseorang untuk memulai membangun kemampuan self-knowledge mereka (Arteo, n.d), tetapi masih banyak orang tua yang membatasi kapabilitas anak untuk melakukan penjelajahan lebih lanjut tentang potensi, minat, hobi, dan selera mereka. Akibatnya, semakin anak tumbuh dewasa menjadi remaja lalu orang dewasa, mereka rentan akan menjadi seseorang yang tidak memedulikan diri mereka sendiri dan condong akan mengambil keputusan-keputusan yang impulsif dan membahayakan mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti kebut-kebutan, merokok, dan lain sebagainya (Kara, 2020). Mereka juga akan rentan menjadi pribadi yang sulit mengambil keputusan jangka panjang dan cenderung “mengikuti arus” dalam menjalani hidup karena mereka tidak pernah diberikan kesempatan untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan sejak kecil (Kara, 2020).
Oleh sebab itu, dalam rangka menumbuhkan kemampuan self-knowledge anak dengan baik, orang tua dapat melakukan hal-hal di bawah ini:
- Membiasakan anak untuk membicarakan tentang isi pikirannya dan perasaannya dalam rangka membangun kemampuan anak mengenali pikiran dan perasaannya. Jangan menentang pikiran dan perasaan anak secara langsung, sebagai contoh menyuruh anak untuk tidak menangis dan merasa sedih. Hal ini akan membuat anak takut untuk menangis dan menolak rasa sedih hingga tumbuh dewasa. Biarkan anak merasakan apa yang mereka ingin rasakan dan memikirkan apa yang ingin mereka pikirkan. Yang orang tua perlu lakukan adalah melatih anak untuk mengendalikan pikiran dan perasaan tersebut tanpa meremehkan anak. Sebagai contoh, orang tua dapat bilang “tidak apa-apa jika kamu ingin menangis atau merasa sedih, tetapi lain kali kalau kamu ingin menangis, langsung peluk Mama atau Papa, ya? Jadi Mama dan Papa akan menenangkanmu”. Kalimat ini juga dapat menumbuhkan rasa percaya anak pada orang tuanya bahwa orang tua akan melindunginya kala ia merasakan emosi negatif.
- Tidak membatasi selera anak. Jika anak perempuan Anda lebih suka warna biru daripada pink, tidak apa-apa. Jika anak laki-laki Anda lebih suka warna ungu daripada merah, tidak apa-apa. Jika anak Anda suka menonton kartun, tidak apa-apa. Jika Anda khawatir anak Anda akan meniru adegan-adegan yang berbahaya, biasakan untuk mendampingi anak Anda ketika anak Anda sedang menyaksikan suatu media. Misalnya, ada adegan ninja meloncat dari atas atap dan mereka tidak terluka. Anda bisa mengedukasi anak Anda dengan bilang “kita tidak boleh melakukan itu karena nanti kita akan patah tulang dan masuk rumah sakit. Kita bukan ninja dengan kekuatan khusus, ya. Jadi jangan meloncat dari atas atap”. Jika ini berhubungan dengan makanan, misalkan anak Anda tidak suka sayur. Maka Anda dapat mengkreasikan masakan Anda dengan mencampurkan makanan favorit anak Anda dengan sayur. (LearningWorks for Kids, 2012)
Berikut adalah cara membangun self-knowledge pada anak. Terdengar cukup sederhana, tetapi sulit, ya. Akan tetapi orang tua akan selalu melakukan yang terbaik untuk anaknya, bukan? Tetap semangat!
Sumber Referensi
Arteo. (n. d.) How understanding yourself helps you reach your goals. UK Therapy Guide. Retrieved from https://www.uktherapyguide.com/news-and-blog/how-understanding-yourself-helps-you-reach-your-goals/nblog1206
Kara, M. C. D. (2020, April 23). 6 signs you lack self-awareness in everyday life. My Question Life. Retrieved from https://myquestionlife.com/lack-self-awareness/
LearningWorks for Kids. (2012, April 12). Improving your child’s self-awareness skills: Tips and strategies for helping your child develop better self-awareness skills for healthier life and a happier future. Retrieved from https://cdn2.hubspot.net/hub/287778/file-231442306-pdf/improving_self-awareness.pdf%3Cb%3E%3C/b%3E#:~:text=Self%2Dawareness%20helps%20children%20to,understand%20the%20feelings%20of%20others
Nikolova, N. (2019, January 14). Want to be happier? Try getting to know yourself. The Conversation. Retrieved from https://theconversation.com/want-to-be-happier-try-getting-to-know-yourself-109451#:~:text=By%20self%2Dknowledge%2C%20psychologists%20mean,motivations%2C%20thinking%20patterns%20and%20tendencies.&text=Understanding%20our%20own%20emotions%20and,us%20to%20make%20better%20decisions
Vivvi. (2021, September 27). Children and Identity: How Toddlers Develop a Sense of Self. Retrieved from https://vivvi.com/blog/family/articles/children-and-identity-how-toddlers-develop-sense-of-self
Wilson, C. R. (2021, December 17). What Is Self-Knowledge in Psychology? 8 Examples & Theories. PositivePsychology. Retrieved from https://positivepsychology.com/self-knowledge/
Comments
Post a Comment